Archive for September 2013
Selasa, 10 September 2013
Palagan Ambarawa
Kekalahan
 Jepang yang sangat dramatis pada Perang Dunia II dengan dijatuhkannya 
bom atom di Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki tanggal 9 
Agustus 1945 menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada
 tanggal 14 Agustus 1945. Kondisi ini mengakibatkan adanya kekosongan 
kekuasaan di Indonesia Sehingga pada saat yang sangat tepat bangsa 
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Proklamasi kemerdekaan yang 
ditandatangani Soekarno – Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 
memungkinkan terbentuknya infrastruktur pemerintahan  Republik 
Indonesia. Dalam bidang keamanan dan pertahanan Negara pada tanggal 5 
Oktober 1945 dibentuklah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat 
Kolonel Soedirman memimpin Divisi V untuk wilayah karesidenan Banyumas 
dan Kedu.
|  | 
| Monumen Palagan Ambarawa | 
Pada
 tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu mendarat di Semarang di bawah 
pimpinan Brigadir Jenderal Bethel. Kedatangan mereka mengemban misi 
untuk mengurus tawanan  perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa 
Tengah. Namun rakyat tetap waspada karena kedatangan mereka diboncengi 
NICA ( Netherlands Indische Civil Administration).
Setelah
 mendapat persetujuan dari Gubernur Jawa tengah Mr. Wongsosonegoro untuk
 melaksanakan misinya dengan catatan tidak mengganggu kedaulatan RI, 
maka tentara sekutu kemudian bergerak masuk ke Magelang dan Ambarawa.
Pertempuran Awal
Dalam
 melaksanakan misinya ternyata tentara Sekutu melampaui batas 
kewenangannya sehingga mengganggu kedaulatan Negara Republik Indonesia. 
Mereka membebaskan dan mempersenjatai para bekas tawanan perang Belanda 
dan bertindak sewenang – wenang terhadap rakyat, sehingga menimbulkan 
amarah rakyat Indonesia. Insiden bersenjatapun timbul di kota Magelang 
hingga menjadi pertempuran.
Di 
Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti
 TKR dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang di bawah pimpinan 
Letnan Kolonel M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung 
tentara sekutu dari segala penjuru. Suasana yang panas ini kemudian 
berhasil diredam oleh Presiden Soekarno, dan kemudian secara diam-diam 
tentara sekutu tanggal 21 Nopember 1945 meninggalkan kedudukannya di 
Magelang untuk mundur ke Ambarawa.
Akibat
 peristiwa tersebut, Letnan Kolonel  M. Sarbini  segera mengadakan 
pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di 
desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda Republik Indonesia
 (AMRI) di bawah pimpinan Oni Sastrodiharjo yang oleh pasukan gabungan 
dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta. Tentara Sekutu kemudian dihadang 
kembali oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik.
Pada
 saat pengunduran tersebut, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di
 sekitar Ambarawa. TKR Resimen 18 di bawah Letnan Kolonel Isdiman 
berusaha membebaskan kedua desa tersebut. Dalam suatu pertempuran  yang 
terjadi di desa Kelurahan tanggal 27 Nopember 1945  Letnan Kolonel 
Isdiman Gugur.
Gugurnya
 Letnan Kolonel Isdiman, mengharuskan  Kolonel Soedirman Komandan Divisi
 V turun ke medan laga Koordinasi secara intensif terus dilaksanakan 
diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh  semakin 
diperketat. Sejak saat itu perlawanan terhadap sekutu  mulai 
terkonsentrasi di bawah satu komando Soedirman.
Untuk
 menghadapi tentara sekutu yang lebih Superior maka Kolonel Soedirman 
kemudian menyusun rencana untuk  mengadakan serangan umum merebut 
Ambarawa  merealisasikan rencana tersebut, tanggal 11 Desember 1945 
malam hari para komandan sektor baik dari kesatuan TKR maupun kelaskaran
 dipanggil untuk membicarakan serangan yang akan digelar.
Pertempuran yang Menentukan
Tanggal
 11 Desember 1945 malam hari, di sebuah rumah penduduk desa kelurahan 
Ambarawa, para komandan sektor pertempuran dan komandan kelaskaran 
berkumpul. Mereka mendengarkan instruksi dari Komandan Divisi V Kolonel 
Soedirman tentang rencana serangan yang akan digelar. Instruksi itu 
sebagai berikut :
“Ambarawa
 harus kita rebut dengan serangan serentak Karena Ambarawa merupakan 
kunci bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. 
Ini akan membahayakan posisi Republik. Kita akui  terus terang bahwa 
kita kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini 
tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan 
negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu pendadakan 
serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan 
penyerangan dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari 
badan perjuangan    sebagai barisan belakang. Serangan dimulai besok 
pagi pukul 04.30. Selamat berjuang, Allah SWT bersama kita, Amin. 
Merdeka ! ".
Taktik
 Mangkara Yudha atau Supit Urang  merupakan tata yudha klasik yang 
pernah digelar pada jaman Majapahit, kemudian digelar kembali oleh 
Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa.
Tanggal
 12 Desember 1945 pukul 04.30 letusan karaben mitralyurpun menyalak 
memecah keheningan mengisyaratkan serangan umum pembebasan Ambarawa 
sudah dimulai. Pertempuran yang dipimpin  langsung  Kolonel Soedirman 
itupun kemudian berlangsung dengan sangat sengitnya.
Prajurit-prajurit
 kita yang gagah perkasa terus maju dari segenap penjuru, bagai banteng 
ketaton patriot-patriot itu terus menyerbu menerkam musuh, menggagahi 
tank-tank dan ranjau-ranjau sambil menembus hujan peluru senjata musuh 
dengan tekad  bulat “Rawe-rawe rantas malang –malang putung "membebaskan
 kota Ambarawa atau gugur sebagai bangsa.
Pasukan-pasukan
 yang mendapat perintah menguasai  jalan besar Ambarawa – Semarang telah
 berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Jalan itupun kemudian 
dipertahankan agar pengepungan atas musuh dalam kota Ambarawa dapat 
dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan – pasukan itupun kemudian memasang
 barikade – barikade serta menerjang setiap konvoi musuh yang pergi dan 
datang dari arah Ambarawa - Semarang.
Satu
 setengah jam dari awal penyerbuan, pasukan – pasukan kita sudah 
berhasil menghimpit dan mengepung musuh di dalam kota Ambarawa. Bagi 
Sekutu ( Inggris ) hanya tinggal satu jalan ke luar, yaitu jalan besar 
Ambarawa – Semarang. Pergelaran serangan umum di Ambarawa itu berupa 
pendobrakan oleh pasukan-pasukan pemukul dari arah selatan dan barat ke 
timur menuju ke arah Semarang. Bersamaan dengan pendobrakan tersebut, 
diikuti gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana 
halnya gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung – 
ujungnya bertemu di bagian luar kota arah Semarang.
Empat
 hari empat malam serangan yang heroik itu berlangsung, menggempita di 
seluruh kota Ambarawa. Desing peluru dan gema ledakan serta asap mesiu 
terus mewarnai udara Ambarawa sepanjang waktu. Semangat bertempur 
pasukan-pasukan kita terus bertambah berkat keberhasilan – keberhasilan 
yang telah dicapai, sebaliknya moril musuh semakin menipis, Persediaan 
amunisi mereka semakin menipis, bantuan yang mereka harapkan tak kunjung
 tiba karena jalur perhubungan lewat darat maupun udara terputus. 
Semakin hari mereka dicekam  oleh rasa panik dan putus asa.
Setelah
 beberapa waktu lamanya mereka berada  di front pertempuran, akhirnya 
mereka sampai kepada keputusan harus meninggalkan Ambarawa, merekapun 
kemudian mengadakan persiapan untuk menerobos pasukan TKR untuk menuju 
ke Semarang. Pada tanggal 15 Desember 1945 dengan tergopoh-gopoh tentara
 sekutu mundur ke luar kota Ambarawa tanpa sempat menyelamatkan 
mayat-mayat serdadunya. Mereka dilabrak terus  dan diusir oleh pasukan 
pemukul kita sampai ke luar kota Ambarawa
Penutup
Peristiwa
 palagan Ambarawa merupakan peristiwa penting karena merupakan peristiwa
 pertempuran yang pertama kali dimenangkan bangsa Indonesia setelah 
kemerdekaan. Peristiwa tersebut menjadi momentum bersejarah dalam  
pergelaran militer dengan gerak taktik pasukan darat. Kemenangan yang 
gemilang dalam palagan Ambarawa tersebut, selanjutnya setiap tanggal 15 
Desember diperingati sebagai Hari Infanteri dan berdasarkan Keputusan 
Presiden RI Nomor 163  tahun 1999 diabadikan menjadi " Hari Juang 
Kartika ".
Senin, 09 September 2013
Di zaman sekarang manusia di hadapkan oleh berbagai macam jenis 
penyakit. Aneh memang karena penyakit tersebut sebelumnya pada zaman 
dahulu di era 90an tidak ditemukan. Sebut saja flu babi, flu burung, HIV
 AIDS yang semakin merajalela. Namun sebetulnya kita bisa meminimalkan 
penyebaran penyakit-penyakit tersebut dengan hal yang cukup mudah dapat 
kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja sebagai berikut
 :
Mencuci tangan serta kaki bahkan wajah dengan sabun sehabis bepergian khusus dalam hal wajah tunggulah 10-15 menit akar wajah berada pada suhu normal (muka dalam keadaan tidak panas).
Biasakan hidup sehat dengan tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kesehatan tubuh (mandi dengan teratur, membersihkan lubang hidung,telinga, pakaian yang bersih,alat-alat serta rumah yang bersih,dsb).
Jauhi makanan junk food,fast food,makanan kemasan karena hal-hal yang demikian dapat merusak kandungan vitamin,mineral,zat gizi yang di butuhkan oleh tubuh.
Perbanyak makan makanan buah, sayur,susu, serta menghindarkan diri dari minum air es/dingin.
Jauhi pemakaian sterofoam dan jangan terlalu sering membungkus makanan dalam plastic berwarna hitam karena jika makanan dalam keadaan panas maka panas tersebut akan tertahan pada plastic.
Biasakan berjalan kaki atau bersepeda jika ingin bepergian dalam jarak dekat.
Selain hal-hal tersebut ada baiknya kita kembali ke pengobatan pada zaman dahulu jika kita atau orang sekeliling kita ada yang terkena penyakit baik itu penyakit berat maupun berat karena mencegah lebih baik daripada mengobati.
Berikut ini akan di jelaskan beberapa khasiat dari tumbuha-tumbuhan asli Indonesia yang banyak dijumpai di sekeliling kita :
Jahe : berfungsi untuk menghangatkan badan serta mencegah batuk dan melegakan pernapasan.
Temulawak : berfungsi untuk penyakit maag dan menambah nafsu makan.
Sirih : berfungsi untuk menghilangkan rasa nyeri pada haid dan jika di kunyah dapat membunuh bakteri pada mulut dan jika di rebus air rebusannya dapat membunuh bakteri pada sekitar alat vital baik pria maupun wanita.
Kunyit : berfungsi untuk melancarkan haid dan melancarkan pencernaan karena baik untuk kesehatan usus.
Ginseng : berfungsi untuk menguatkan akar rambut dan menghilangkan rasa capek atau pegal-pegal serta untu menambah stamina.
Daun salam : berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi, meluruhkan lemak jahat dalam darah (kolestrol).
Bawang putih : berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi, melancarkan peredaraan darah (vertigo) dan menstabilkan kadar asam urat.
Mengkudu : berfungsi untuk menstabilkan kadar asam urat serta reumatik.
Seledri : berfungsi untuk menghitamkan rambut dan menjaga keseimbangan tekanan darah.
Mencuci tangan serta kaki bahkan wajah dengan sabun sehabis bepergian khusus dalam hal wajah tunggulah 10-15 menit akar wajah berada pada suhu normal (muka dalam keadaan tidak panas).
Biasakan hidup sehat dengan tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kesehatan tubuh (mandi dengan teratur, membersihkan lubang hidung,telinga, pakaian yang bersih,alat-alat serta rumah yang bersih,dsb).
Jauhi makanan junk food,fast food,makanan kemasan karena hal-hal yang demikian dapat merusak kandungan vitamin,mineral,zat gizi yang di butuhkan oleh tubuh.
Perbanyak makan makanan buah, sayur,susu, serta menghindarkan diri dari minum air es/dingin.
Jauhi pemakaian sterofoam dan jangan terlalu sering membungkus makanan dalam plastic berwarna hitam karena jika makanan dalam keadaan panas maka panas tersebut akan tertahan pada plastic.
Biasakan berjalan kaki atau bersepeda jika ingin bepergian dalam jarak dekat.
Selain hal-hal tersebut ada baiknya kita kembali ke pengobatan pada zaman dahulu jika kita atau orang sekeliling kita ada yang terkena penyakit baik itu penyakit berat maupun berat karena mencegah lebih baik daripada mengobati.
Berikut ini akan di jelaskan beberapa khasiat dari tumbuha-tumbuhan asli Indonesia yang banyak dijumpai di sekeliling kita :
Jahe : berfungsi untuk menghangatkan badan serta mencegah batuk dan melegakan pernapasan.
Temulawak : berfungsi untuk penyakit maag dan menambah nafsu makan.
Sirih : berfungsi untuk menghilangkan rasa nyeri pada haid dan jika di kunyah dapat membunuh bakteri pada mulut dan jika di rebus air rebusannya dapat membunuh bakteri pada sekitar alat vital baik pria maupun wanita.
Kunyit : berfungsi untuk melancarkan haid dan melancarkan pencernaan karena baik untuk kesehatan usus.
Ginseng : berfungsi untuk menguatkan akar rambut dan menghilangkan rasa capek atau pegal-pegal serta untu menambah stamina.
Daun salam : berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi, meluruhkan lemak jahat dalam darah (kolestrol).
Bawang putih : berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi, melancarkan peredaraan darah (vertigo) dan menstabilkan kadar asam urat.
Mengkudu : berfungsi untuk menstabilkan kadar asam urat serta reumatik.
Seledri : berfungsi untuk menghitamkan rambut dan menjaga keseimbangan tekanan darah.
Rabu, 04 September 2013
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga
sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara
memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung
jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi
yang ada di daerahnya masing-masing.
Pelaksanaan
Otonomi Daerah
Pelaksanaan
otonomi daerah merupakan titik fokus yang tidak sama sekali penting dalam
rangka memperbaiki kesejahteraan para artis. Pengembangan suatu daerah dapat
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah
masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah
untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak
daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan
kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas
berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan
tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang undangan.
Otonomi
daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.”
Terdapat dua nilai dasar
yang dikembangkan dalam UUD 1945 berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:
1.     Nilai Unitaris, yang
diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai kesatuan
pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara ("Eenheidstaat"),
yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan negara Republik
Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintahan; dan
2.     Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 Undang-undang Dasar 1945
beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka jelaslah bahwa
Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan
dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
Dikaitkan dengan dua
nilai dasar tersebut di atas, penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia
berpusat pada pembentukan daerah-daerah otonom dan penyerahan/pelimpahan
sebagian kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus sebagian sebagian kekuasaan dan kewenangan tersebut.
Adapun titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada Daerah Tingkat II
(Dati II) dengan beberapa dasar pertimbangan:
1.     Dimensi Politik, Dati
II dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga risiko gerakan
separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim;
2.     Dimensi Administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat relatif dapat lebih efektif;
3.     Dati II adalah daerah "ujung tombak"
pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi
rakyat di daerahnya.
Atas dasar itulah,
prinsip otonomi yang dianut adalah:
1.     Nyata,
otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di
daerah;
2.     Bertanggung jawab,
pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar pembangunan di
seluruh pelosok tanah air; dan
3.     Dinamis,
pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan
maju
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengertian
“otonom” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara bahasa adalah
“berdiri sendiri” atau “dengan pemerintahan sendiri”. Sedangkan “daerah” adalah
suatu “wilayah” atau “lingkungan pemerintah”.Secara istilah “otonomi daerah”
adalah “wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan
mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri.”
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi
kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan,
dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang
tertentu, seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter,
fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat.
Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan,
pemerataan, dan keanekaragaman.
Dalam otonomi daerah ada prinsip desentralisasi, dekonsentrasi dan
pembantuan yang dijelaskan dalam UU No.32 tahun 2004 sebagai berikut:
1.     
Desentralisasi adalah penyerahan
wewenang   pemerintahan    oleh Pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.     
Dekonsentrasi  adalah
pelimpahan wewenang   pemerintahan   oleh Pemerinta kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu.
3.     
Tugas pembantuan adalah
penugasan  dari    Pemerintah    kepada
daerah dan/atau  desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari  pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Tujuan Otonomi Daerah
            Tujuan utama dari kebijakan otonomi daerah yang
dikeluarkan tahun 1999 adalah disatu pihak membebaskan pemerintah pusat dari
beban – beban yang tidak perlu menangani urusan domestik, sehingga ia
berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan
mengambil manfaat daripadanya. Dilain pihak, dengan desentralisasi daerah akan
mengalami proses pemberdayaan yang signifikan. Kemampuan prakarsa dan
kreativitas mereka akan terpacu, sehingga kapabilitasnya dalam mengatasi
berbagai masalah domestiknya semakin kuat.

 
 
